Ketika kita mendengar kata insulin pasti
kita langsung mengarah pada penyakit yang bernama Diabetes mellitus.
Ya, suatu penyakit yang berhubungan dengan tingginya kadar gula dalam darah.
Untuk menstabilkan kadar gula dalam darah perlu adanya suatu hormon yang
mengatur, salah satu hormon yang berperan penting adalah hormon insulin. Hormon
insulin merupakan hormon yang mengatur kadar gula dengan cara mengubahnya dalam
bentuk glikogen (La Ode, 2013). Hormon dihasilkan oleh sel-sel beta kelenjar
langerhaens pankreas. Kecacatan pada pankreas menyebabkan kekurangan produksi
insulin. Kekurangan produksi insulin membuat orang dengan mudah terjangkit Diabetes
Mellitus. Untuk menanggulangi permasalahan ini banyak orang yang
menggunakan pankreas babi maupun sapi untuk menghasilkan insulin. Namun, jika
dilihat dari sisi agama tentu saja ini sangat dilarang karena menggunakan
binatang yang haram yaitu babi. Hal ini tentu saja menjadi permasalahan baru
bagaimana cara untuk mengatasi Diabetes Milletus. Dengan
berkembangnya ilmu teknologi akhirnya ditemukanlah beras hasil rekayasa
genetika yang menghasilkan insulin. Bagaimana caranya beras bisa menghasilkan
insulin padahal banyak penderita diabetes yang tidak mengkonsumsinya dengan
alasan untuk mengurangi kadar gula dalam darah? Mari kita simak penjelasan
dibawaah ini J
Beras merupakan sumber karbohidrat yang
sangat penting untuk manusia, terutama bagi negara yang menjadikan beras
sebagai makanan pokok seperti Indonesia. Beras yang sudah dimasak ketika
dimakan didalam tubuh karbohidat yang terkandung didalam beras tersebut akan
diubah menjadi glukosa. Jika energi dari glukosa yang dibutuhkan oleh tubuh
sudah terpenuhi, maka dapat disimpan dalam bentuk glikogen dengan bantuan
hormon insulin. Namun, jika kadar glukosa melebihi ambang batas maka kadar di
dalam darah akan meningkat dan meyebabkan penyakit Diabetes
milletus. Diabetes milletus merupakan penyakit yang
penderitanya setiap tahun meningkat, menurut survei yang dilakukan oleh WHO
tahun 1995, Indonesia menempati urutan ke-4 dengan jumlah penderita diabetes
terbesar di dunia setelah India, Cina dan Amerika Serikat (Annonim, 2005).
Beras memiliki sifat hiperglikemik yaitu
dapat menaikan kadar glukosa darah secara cepat dan tinggi (Widowati, dkk.,
2009). Sehingga hal ini membuat para penderita Diabetes milletus pada
umumnya melakukan diet ketat dengan cara mengurangi konsumsi nasi bahkan ada
yang tidak mengkonsumsi nasi sama sekali dan menggatinya dengan umbi-umbian.
Hal ini dilakukan untuk mengurangi kadar gula dalam darah. Namun, dengan berkembangnya
teknologi membuat para ilmuan mencari berbagai cara untuk mengatasi
permasalahan pada penderita Diabetes milletus namun tetap
mengkonsumsi nasi. Untuk memanfaatkan teknologi yang berkembang saat ini maka
digunakan gen bakteri yang biasanya berkembang di dalam usus besar yaitu Eschercia
coli untuk menghasilkan insulin. gen dari bakteri Eschercia
coli direkombinasikan dengan gen beras sehingga menghasilkan beras
berinsulin. Digunakannya bakteri Eschercia coli karena
pertumbuhannya sangat cepat dan mudah dalam penanganannya Namun, selain
bakteri Eschercia coli untuk menghasilkankan beras insulin
juga dibutuhkan bakteri lain yaitu Agrobacterium tumefaciens. Agrobacterium tumefaciens dalah bakteri patogen pada tanaman yang banyak digunakan untuk memasukkan gen asing ke dalam sel tanaman untuk
menghasilkan suatu tanaman transgenik (Fatikhah, 2013). Teknik yang
dilakukan pada rekayasa genetika ini dilakukan dengan teknik plasmid.
Bagaimana cara membuat beras insulin ?
Pertama hal yang dilakukan yaitu
mengisolasi plasmid dari bakteri E.coli lalu memotong plasmid
yang telah diisolir dengan enzim retriksi endonuklease. Disamping itu, DNA yang berasal dari sel
pankreas dipotong pada suatu segmen pengkodean insulin, DNA yang terbentuk lalu
disisipkan ke bakteri E.coli dengan bantuan enzim DNA ligase. Setelah
proses ini selesai lalu dilakukan penyisipan gen DNA insulin dari bakteri E.coli ke
bakteri Agrobacterium tumefaciens sehingga bakteri Agrobacterium
tumefaciens mempunyai gen insulin. pada proses penyisipasn ini harus
memperhatikan ukuran dari bakteri. Selanjutnya menginfeksi bakteri dengan gen
berinsulin ini ke dalam sel tanaman sehingga akan menghasilkan varietas tanaman
baru yaitu beras berinsulin (Fatikhah, 2013).
Gambar 1. Proses penyisipan gen bakteri E.coli ke
bakteri Agrobakterium tumefaciens
Sumber : (Farikhah, 2013)
Gambar 2. Penyisipan Bakteri Agrobakterium
tumefaciens ke padi
Sumber : (Farikhah, 2013)
Apa kelebihan dari beras berinsulin ?
Jika dilihat dari segi kelebihan pada
produk beras berinsulin ini tentu saja sangat penting bagi penderita diabetes
milletus karena dapat dimanfaatkan menjadi bahan alternative untuk engkonsumsi
nasi setiap hari, sehingga tidak perlu khawatir akan meningkatkan kadar glukosa
dalam darah.
Apa kelemahan dari beras berinsulin ?
Disamping ada kelebihan tentu saja ada
juga kelemahannya. Dari segi kelemahan dilihat dari pemasarannya. Beras
berinsulin ini belum dapat dipasarkan secara menyeluruh dikalangan masyarakat
karena produksinya yang belum dapat mencukupi kebutuhan masyarakat. Selain itu,
untuk penderita diabetes masih dalam jumlah yang ditentukan untuk
mengkonsumsinya.
Sumber :
Anonymous.
2005. Jumlah penderita diabetes Indonesia rankingke-4 di dunia. Berita Departemen
Kesehatan R.I. 5 September 2005.
Sumarlin,
La Ode. 2013. Biokimia. Ciputat: Prodi Kimia Fakultas Sains dan Teknologi UIN
Jakarta
Dewi,
Fatikah Rahma. 2013. Rekayasa Genetika Beras https://www.academia.edu/5936567/REKAYASA_GENETIKA_BERAS.
Diakses Tanggal 14 Maret 2015 Pukul 21.36 WIB.
Widowati,
dkk. 2009. Penurunan Indeks Glikemik Berbagai Varietas Beras Melaluin Proses
Pratanak.http://pascapanen.litbang.pertanian.go.id/assets/media/publikasi/jurnal/j.Pascapanen.2009_1_1.pdf.
Diakses Pada Tanggal 14 Maret 2015 Pukul 21.56 WIB.